Irilah Diri Ini #2

Bingung mau cerita dari mana? Karena diri ini memang sedang dilanda galau teramat sangat. Merasa terombang-ambing oleh diri sendiri, yang ternyata jauh melangkah ke jalan yang salah. Ceritanya sedang berjalan kembali kearah yang benar (semoga, aamiin). Jadi teman-teman, kegalauanku ini sudah terjadi berbulan-bulan lalu, saat aku merasa disorientasi. Seperti episode 1 tentang iri, jadi ini adalah cerita iri-ku yang kedua.

Iri yang benar-benar membuat iri, bagaimana tidak? Ketika mereka bisa menghadirkan ribuan orang ke sebuah acara positif dengan antusias ini adalah sebuah hal yang menakjubkan. Kembali aku membandingkan diriku yang dulu (bahkan sampai sekarang) dengan mereka yang sekarang. Siapakah mereka ini? Mereka ini adalah sekelompok orang yang berlatar belakang pekerja seni atau artis. Artis-artis ini dulunya ya begitulah yang perempuan tidak menutup aurat, yang laki-laki juga terbilang biasa saja. Namun sekarang mereka telah berhijrah sehingga yang perempuan telah menutup aurat dan yang laki-laki tampak lebih sholih. Mereka ini tergabung dalam sebuah kajian namanya Musawarah. Ada yang tahu? Kalau disebutin banyak sekali tapi ada diantarnya Arie K Untung, Tengku Wisnu, Irwansyah, Shiren Sungkar, Fenita Arie, dan lain-lain.

Berawal dari hijrah satu persatu sehingga mengajak yang lain berhijrah akhirnya sekarang banyak sekali artis yang notabene berkehidupan bebas dan glamour menjadi lebih peduli dengan kehidupan agamanya. Nah apa yang membuatku iri dengan mereka? Bukankah harusnya aku bersyukur karena semakin banyak artis yang berhijrah semakin akan berpengaruh baik pada masyarakat? Yah, aku sangat senang dan sangat bersyukur, tapi ada satu hal yang membuatku iri adalah mereka yang baru berhijrah tapi mereka bisa berdakwah dengan sedemikian mantap dan bisa memberikan pengaruh yang luar biasa kepada masyarakat. Keirian ini aku dapati ketika mereka mengadakan sebuah festival kajian yang bernama HijrahFest.

Jujur saat melihat dokumentasi-dokumentasi yang mereka upload melalui media sosial aku langsung terharu begitu dalam. Rasanya adem, rasanya speechless, rasanya teraduk-aduk, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar. Allah-lah yang menggerakan hati-hati mereka untuk berbondong-bondong datang ke sebuah festival berbayar yang berisi tentang kajian-kajian agama. Dalam kajian-kajian tersebut mengundang para ulama dan ustadz-ustadz yang sangat terkenal untuk kaum melinial saat ini. Selama beberapa hari festival ini dilaksanakan tetapi yang hadir untuk mendengarkan ceramah para ustadz tetap berjibun, ribuan orang. (Tiba-tiba meleleh nulisnya), inilah yang membuatku iri. Dulu aku dan teman-teman berjuang untuk mengadakan kajian-kajian tapi mengapa yang datang hanya segelintir orang? Bisa dibilang elo lagi elo lagi. Padahal kami-kami ini termasuk orang-orang yang “baik” tidak eksklusif cenderung cair dengan banyak kalangan, namun kenapa?? Ah… Allah kini Kau bukakan mataku, bahwa waktulah yang menjawab. Saat ini banyak orang yang sudah dengan mudah menerima kebaikan islam. Jadi teringat satu surat yang artinya, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (1), dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, (2) maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima taubat (3), (Q.S. An Nashr: 1-3).”  Allah telah menjanjikan sebuah kemenangan, namun entah itu kapan dan siapa yang akan merasainya, sekarang Allah telah menunjukkan tanda-tandanya.

Begitulah iriku kali ini, sebetulnya masih ada iri-iri lain tapi tak sanggup aku menuliskannya lagi. Karena ini menunjukkan bahwa diri ini ternyata masih jauh dari kesempurnaan iman dan islam. Masih harus terus belajar bagaimana menyampaikan dengan baik dan tepat. Bahwa islam itu indah islam itu sempurna, islamlah yang akan membawa kedamaian dalam hati kita dan islamlah yang akan membawa kedamaian pada buminya manusia. Lalu apakah aku masih boleh iri padahal yang demikian??

 

Ahad, 10 Februari 2019

Irilah Diri Ini #1

Entah kenapa diri ini sedang dilanda rasa iri di dalam jiwa. Ketika perjalanan dari rumah menuju sekolah atau sebaliknya selalu saja terpikir dan memikirkan, mengapa orang-orang yang dalam tanda kutip tampak seperti orang beradalan mempunyai hati yang sangat baik? Sedangkan diri ini yang dari dulu suka “ngaji” mau baik aja masih mikir-mikir.

Jadi ceritanya, beberapa bulan terakhir ketika sedang menikmati disorientasi dalam hidup bertemulah diriku dengan sebuah dunia baru yang sebetulnya sudah lama. Akunya aja yang tidak mau mengikuti, yaitu dunia vloging. Hahaha… bukan berarti aku mau ngevlog lho yah. Masih belum pede menampilkan diri di video, cukup ditulisan saja, dengan tulisan lebih bebas berkarya.  Biasanya mencari video di youtube hanya untuk kepentingan pembelajaran atau mencari tutorial membuat pernak-pernik, memasak, make up, hijab, thriller film-film terbaru atau video musik. Walaupun sudah kenal dengan vlog tapi tidak pernah mengikuti dengan mensubscribe sebuah channel video. Awalnya iseng mensubscribe salah satu vloger dengan subscriber terbanyak di Indonesia, gara-gara penasaran kenapa kok subscribernya banyak dan dengan youtube bisa menghasilkan uang. Jawabannya yah gitu deh, lebih tepatnya sedikit kecewa dengan video-video yang diunggah hampir setiap hari tentang kehidupan si vloger tersebut. Namun semakin banyak aku mensubscribe vloger-vloger diluar sana baik yang videonya memang bagus sarat dengan informasi dan makna, sampai yang gitu-gitu aja, sampailah aku disebuah channel youtube yang aku iri-I sekaligus menginspirasi.

Jika orang melihatku pertama kali atau bahkan yang sudah kenal akan merasa “lah nontone kok koyo ngono”. Hehehe… I don’t know, kenapa tiga bulan terakhir aku seperti tersihir oleh channel tersebut dan akhirnya menginspirasiku untuk kembali menulis dan berkarya dan berbuat sesuatu. Channel youtubenya masih terbilang sedikit subscribernya, sekarang saja sampai detik aku menulis sekitar 206rban. Saat awal-awal mengikuti aku sendiri bertanya-tanya “mengapa video atau channel yang kreatif dan inspiratif ini sedikit sekali yang mensubscribe?” Yah kalau aku sih nggak tahu ya jawabannya. Tapi bisa dianalisis, kebanyakan pengguna akun youtube sebagian besar adalah kawula muda dan anak-anak jadi channel tersebut kurang menarik bagi mereka. Dan bisa dibuktikan juga dengan para subscribernya channel ini ternyata adalah dari kalangan-kalangan “tertentu” termasuk juga fansnya.

Emang siapa sih dia? Dia adalah Erix Soekamti dengan konten DOESnya. Ada yang tahu siapa dia? Dia adalah salah satu personel band Endank Soekamti. Ada yang kenal Band ini? Hehehe… sejujurnya saya juga baru kenal lebih dekat setelah melihat video-videonya di youtube. Sebelumnya hanya mengenal band ini sebagai band asal Kota Yogyakarta yang musiknya punk. Jaman dulu saat masih kuliah tahun 2004 (ih tua juga yah aku :p) sebenernya sering dengar nama Band ini kalau di radio. Namun karena saat itu sedang mengurangi musik-musik yang seperti itu maka Endank Soekamti hanya nampol nama saja sebagai salah satu band yang sering main di kampusku dan biasanya agak ada rusuh-rusuh gitu. Setelah begitu yang sudah, karena kuping sudah tidak lagi bersahabat dengan musik-musik seperti itu, lebih senang dengan yang kalem-kalem, jadinya nama band ini dalam benakku hanya sambil lalu saja.

Seiring berjalannya waktu, seiring berjalannya teknologi, seiring berkembangnya media sosial dan budaya, maka sampailah aku disini. Mengenal channel youtube ini serasa amazing dengan apa yang dia sajikan. Banyak hal yang aku merasa bahwa kebaikan itu hanya dimiliki oleh segelintir orang saja, berubah seketika. Walaupun aku tahu jangan menilai seseorang dari luarnya, tapi perumpamaan itu yah hanya sebagai perumpamaan saja. Disini aku tidak akan menceritakan tentang apa saja isi dari youtubenya, tapi hanya sekedar memberi sebuah opini dan apresiasi. Kalau teman-teman mengikuti channel youtubenya mungkin akan terkesima dengan segala kegiatan yang dilakukan olehnya. Bagaimana tidak sebuah grup band mempunyai sebuat misi kebaikan yang luar biasa, yaitu membuat sebuah sekolah atau univeritas gratis untuk umum. Nah dari sinilah misi dan cita-cita menjadi motivasi untuk berkarya dan berkreasi. Kalau aku bilang sih DOES Univerity ini adalah buah dari resonansi kebaikan, dan kebaikan itu bisa dilakukan oleh siapapun. Resonansi ini berubah menjadi sebuah movement (gerakan) yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Gerakan kebaikan yang tidak dilandasi oleh “ideologi” tertentu, hanya sebuah movement yang menyadarkan untuk berbuat baik kepada sesama melalui mimpi seseorang.

Lalu apa yang membuatku iri? Hehehe… seperti aku tuliskan diatas, aku iri karena ternyata orang yang tampak “kurang baik” mempunyai cita-cita kebaikan yang luar biasa. Sedangkan kita (aku) yang katanya “guru” di bidang pendidikan formal kenapa masih saja ragu melakukan kebaikan. Padahal sudah setiap hari disuguhi teori-teori kebaikan, dari sejak kecil sampai setua ini. Yang mungkin juga secara dhohir alias penampakan terlihat baik. Lalu bagaimana selanjutnya? Dari sinilah aku kembali mengintrospeksi diri sekaligus kembali ke jalan yang benar. Ya, keyakinan dalam diri yang ternyata jauh dari sempurna membuat diri ini terhempas ombak kedustaan dunia yang menipu.

Begitulah ceritaku malam ini, tentang ke-iri-an diri ini. Kalau dalam hadist disebutkan bahwa, “Tidak boleh hasad (iri) kecuali kepada dua orang, yaitu orang yang Allah anugrahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menuaikan dan mengajarkannya.” Nah kalau kayak kasusku boleh iri sama dia nggak yah?

Malam Rabu, 5 Februari 2019

NB : Kalau mau nonton videonya perlu banyak istigfar yah… soalnya ada beberapa yang terkadang tidak “sholih” kalau didengar (guyonan ala orang jogja katanya) 🙂

Sulitnya Istiqomah

Judulnya sudah teramat pesimis. Tapi sejujurnya hanya ingin memotivasi diri saja, supaya tetap bersemangat dalam segala hal terutama meraih cita-cita dan impian.

Screenshot_2019-02-01-19-19-25

Pernah tidak teman-teman merasa malas melakukan apapun dari semua yang telah direncanakan atau tuliskan atau agendakan? Pada saat seperti itu merasa ingin melakukan apa yang kita mau, tidak mau melakukan apa yang sudah kita niatkan dan agendakan sebelumnya. Kadang kita (aku) sering merasakan hal yang demikian. Sudah berupaya sedemikian rupa untuk melakukan apa yang sudah direncanakan sebelumnya tapi diri ini ingin sekali keluar dari itu semua. Inginnya konsisten, inginnya istiqomah tapi ternyata ada saja godaan nafsu dari dalam diri yang menguasai.

Isitqomah adalah urusan iman. Kalau dalam hadist, Rasulullah bersabda “Katakanlah ‘Amantu Billah (Aku beriman kepada Allah), kemudian istiqomahlah.” (H.R. Muslim). Istiqomah sangat berhubungan dengan keimanan. Iman adakalanya naik ada kalanya turun. Ketika iman sedang naik maka terasa sekali kelezatan iman itu, terasa sekali Allah itu dekat dengan kita, merangkul, menyayang dan memberikan tempat berkeluh kesah yang terbaik. Terasa sekali apapun aktivitas kita akan sangat dimudahkan dan kita bisa merasakan kesyukuran yang teramat sangat. Baca Al Qur’an bisa sampai meleleh air mata, kalau sholat berasa sekali Allah sedang memerhatikan kita. Baca Al Fatihah aja sudah bisa berlinang air mata, di ayat “Ihdinashirathal mustaqiim”, tunjukillah kami jalan yang lurus, berasa sekali kita jadi manusia yang berada dipersimpangan jalan trus tiba-tiba ada yang menunjukkan jalan yang benar. Cesss adem rasanya. Semua masalah terselesaikan. Tetapi jika iman sedang turun, rasanya baca Al Qur’an saja terburu-buru, satu juz gak selesai-selesai. Mau sholat terasa berat alasannya ngerjain inilah itulah, terkadang sholatnya tidak terasa tiba-tiba saja sudah selesai, bacaan sholat juga lewat begitu saja.

Contoh lain, kalau kita punya cita-cita atau harapan dan kita punya keyakinan bahwa kita akan meraihnya maka kita akan berusaha dengan konsisten untuk mencapaianya dengan berbagai macam upaya. Jika kita gagal kita akan bangkit lagi untuk meraihnya kembali, kita bisa belajar dari kesalahan sebelumnya, sehingga kita tahu strategi apa untuk bisa meraih impian kita. Semua itu hadir karena adanya keyakinan dalam diri kita. Begitu pula dengan iman, jika kita yakin akan islam yakin dengan Allah dan RosulNya, maka kita akan terus berusaha untuk lebih mengenalnya dan menjalankan semua perintah dan meninggalkan laranganNya.

Istiqomah adalah tingkatan tertinggi dalam kesempurnaan pengetahuan dan perbuatan, kebersihan hati yang tercermin dalam ucapan dan perbuatan, dan kebersihan aqidah dari segala bid’ah dan kesesatan. Namun, manusia tidak akan bisa mencapai sifat istiqomah secara sempurna, pasti terdapat kekurangan. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah, “Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya.” (Q.S Fushshilat: 6). Perintah untuk memohon ampun dalam ayat ini karena adanya kekurangan dalam diri manusia. Nabi juga bersabda, “Istiqomahlah kalian semua dan kalian tidak akan mampu” (H.R Imam Ahmad dan Muslim), serta hadist “Berusahalah untuk senantiasa benar dan mendekatinya” (H.R. Bukhari dan Muslim) (Al Bugha, 2003). Dari sini kita belajar bahwa istiqomah adalah tingkatan tertinggi dalam sebuah kesempurnaan hidup yang tidak akan pernah manusia itu bisa mencapainya. Tapi kita bisa terus mendekatinya dan berusaha dengan maksimal untuk meraih keistiqomahan.

Allah itu Maha Dekat Allah itu Maha Baik, Dia mengingatkanku kembali untuk tetap Istiqomah dan konsisten melakukan apa yang sudah direncanakan. Tiba-tiba saja baca buku Al Wafi pas baca hadist ke 21 Bab Istiqomah dan Iman. Selain merefresh kembali tentang mimpi, tujuan, cita-cita dalam hidup ini, juga kembali memuhasabahi diri ternyata aku masih jauh dari sempurna dari istiqomah. Walaupun sifat manusia itu lupa dan khilaf setidaknya ada ampunan Allah yang dekat supaya kembali kepada jalanNya. Karena Istiqomah itu akan melahirkan keteguhan dan kemenangan, kejantanan dan keberuntungan, di medan pertempuran antara ketaatan dan hawa nafsu. Malaikat layak turun kepada orang-orang yang istiqomah, mengusir segala ketakutan dan keresahan mereka, memberi kabar gembira dengan surga dan menegaskan bahwa mereka (malaikat) senantiasa mendampingi mereka baik di dunia maupun diakhirat (Al Bugha, 2003).

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralan kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (Q.S. Fushshilat: 30).

Karena hadiah istiqomah adalah surga maka ujiannya juga berat lagi sulit. Jadi yakinkah kita dengan Allah dan surgaNya? Semoga istiqomah teman-teman, terus belajar, terus berkarya, dan terus menjadi lebih baik, dan saling mendoakan. Wallahu a’lam

#Ayolebihbaik

#Keepistiqomah

 

Sumber Rujukan

Al Bugha, Musthafa Dieb. 2003. Al Wafi Menyelami Makna 40 Hadist Rasulullah saw (Syarah kitab Arba’in An Nawawiyah). Al I’tishom, Jakarta

 

Ahad sore, 3 Februari 2019