Bingung mau cerita dari mana? Karena diri ini memang sedang dilanda galau teramat sangat. Merasa terombang-ambing oleh diri sendiri, yang ternyata jauh melangkah ke jalan yang salah. Ceritanya sedang berjalan kembali kearah yang benar (semoga, aamiin). Jadi teman-teman, kegalauanku ini sudah terjadi berbulan-bulan lalu, saat aku merasa disorientasi. Seperti episode 1 tentang iri, jadi ini adalah cerita iri-ku yang kedua.
Iri yang benar-benar membuat iri, bagaimana tidak? Ketika mereka bisa menghadirkan ribuan orang ke sebuah acara positif dengan antusias ini adalah sebuah hal yang menakjubkan. Kembali aku membandingkan diriku yang dulu (bahkan sampai sekarang) dengan mereka yang sekarang. Siapakah mereka ini? Mereka ini adalah sekelompok orang yang berlatar belakang pekerja seni atau artis. Artis-artis ini dulunya ya begitulah yang perempuan tidak menutup aurat, yang laki-laki juga terbilang biasa saja. Namun sekarang mereka telah berhijrah sehingga yang perempuan telah menutup aurat dan yang laki-laki tampak lebih sholih. Mereka ini tergabung dalam sebuah kajian namanya Musawarah. Ada yang tahu? Kalau disebutin banyak sekali tapi ada diantarnya Arie K Untung, Tengku Wisnu, Irwansyah, Shiren Sungkar, Fenita Arie, dan lain-lain.
Berawal dari hijrah satu persatu sehingga mengajak yang lain berhijrah akhirnya sekarang banyak sekali artis yang notabene berkehidupan bebas dan glamour menjadi lebih peduli dengan kehidupan agamanya. Nah apa yang membuatku iri dengan mereka? Bukankah harusnya aku bersyukur karena semakin banyak artis yang berhijrah semakin akan berpengaruh baik pada masyarakat? Yah, aku sangat senang dan sangat bersyukur, tapi ada satu hal yang membuatku iri adalah mereka yang baru berhijrah tapi mereka bisa berdakwah dengan sedemikian mantap dan bisa memberikan pengaruh yang luar biasa kepada masyarakat. Keirian ini aku dapati ketika mereka mengadakan sebuah festival kajian yang bernama HijrahFest.
Jujur saat melihat dokumentasi-dokumentasi yang mereka upload melalui media sosial aku langsung terharu begitu dalam. Rasanya adem, rasanya speechless, rasanya teraduk-aduk, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar. Allah-lah yang menggerakan hati-hati mereka untuk berbondong-bondong datang ke sebuah festival berbayar yang berisi tentang kajian-kajian agama. Dalam kajian-kajian tersebut mengundang para ulama dan ustadz-ustadz yang sangat terkenal untuk kaum melinial saat ini. Selama beberapa hari festival ini dilaksanakan tetapi yang hadir untuk mendengarkan ceramah para ustadz tetap berjibun, ribuan orang. (Tiba-tiba meleleh nulisnya), inilah yang membuatku iri. Dulu aku dan teman-teman berjuang untuk mengadakan kajian-kajian tapi mengapa yang datang hanya segelintir orang? Bisa dibilang elo lagi elo lagi. Padahal kami-kami ini termasuk orang-orang yang “baik” tidak eksklusif cenderung cair dengan banyak kalangan, namun kenapa?? Ah… Allah kini Kau bukakan mataku, bahwa waktulah yang menjawab. Saat ini banyak orang yang sudah dengan mudah menerima kebaikan islam. Jadi teringat satu surat yang artinya, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (1), dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, (2) maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima taubat (3), (Q.S. An Nashr: 1-3).” Allah telah menjanjikan sebuah kemenangan, namun entah itu kapan dan siapa yang akan merasainya, sekarang Allah telah menunjukkan tanda-tandanya.
Begitulah iriku kali ini, sebetulnya masih ada iri-iri lain tapi tak sanggup aku menuliskannya lagi. Karena ini menunjukkan bahwa diri ini ternyata masih jauh dari kesempurnaan iman dan islam. Masih harus terus belajar bagaimana menyampaikan dengan baik dan tepat. Bahwa islam itu indah islam itu sempurna, islamlah yang akan membawa kedamaian dalam hati kita dan islamlah yang akan membawa kedamaian pada buminya manusia. Lalu apakah aku masih boleh iri padahal yang demikian??
Ahad, 10 Februari 2019